Sabtu, 17 April 2010

DUNIA

Inilah dunia yang kita cintai, apa jadinya dunia ini dikemudian hari, dan kemana kembalinya harta yang kita kumpulkan itu?
Ada orang pernah menulis sepucuk surat kepada salah satu sahabatnya. "Amma ba'du. dunia sebenarnya sebuah mimpi sedang akherat adalah yang sebenarnya, sementara pertengahanya adalah kematian. kita berada pada impian yang susah untuk ditakwilkan. sekian."
Lihatlah umur yang tercecer bagaikan mimpi-mimpi yang susah untuk ditakwilkan. Tahun-tahun berlalu bagaikan kejapan mata, pergi membawa kesenangan dan kesedihanya, manis pahitnya. tapi yang tersisa hanyalah penghitungan.
Abu Darda' R.A berpendapat tentang kehidupan ini dengan perkataanya." setiap orang pasti memiliki kekurangan dalam akalnya: kekurangan kesabaran dalam ilmu. Alasanya, bila mendapatkan kenikmatan dunia yang berupa kelebihan harta, menjadi sangat senang tanpa ada rasa sesal bahwa siang dan malam selalu mengikis umurnya, bahkan semakin menjadi-jadi. hatanya yang bertambah atau umurnya yang berkurang sama-sama tidak memberi arti sedikitpun."
Semangat mencari kenikmatan dunia membawa mayoritas manusia kejurang kesedihan, kegalauan dan hidup tidak karuan. Hnay sedikit yang menyesal karena umurnya berkurang dan kematianya semakin dekat. Lupa bahwa tahun-tahun umurnya telah lewat, dan hari-harinya telah berlalu. Tapi tidak pernah melupakan masalah-masalah duniawi.
Yahya bin Muadz berkata." Aku terheran-heran kepada orang yang menyesal karena kekurangan harta. Bagaimana tidak menyesal umurnya yang berkurang?"
Adakah orang yang meratapi malam-malamnya, menyesali umurnya yang berkurang atau waktunya yang pergi. Atau justru kebanyakan meratapi kekurangan hartanya. Lalu dimana posisi dia terhadap pergantian alam setelah selang waktu yang tidak lama lagi ini? Di mana pula posisi terhadap penghitungan dan pembalasan?
mau bikin web?? klik aja disini